Kekerasan Berbasis Gender ( Dampak Ideologi Patriaki)
Gender adalah hal yang melekat
dalam detiap insan manusia yang merupakan anugrah terindah yang diberikan Tuhan
kepada Insanya. Perbedaan dalam Gender menjadi pembeda alamiah yang indah dan
saling melengkapi. Perbedaan ini menjadi ternoda dengan adanya Paradikma yang
salah terhadap perempuan.
Sumber: Webinar Cerdas Berkarakter
Ideologi Patriaki merupakan salah
satu akar permasalahan dalam kekerasan yang terjadi pada perempuan. Perbedaan
biologis antara laki-laki dan perempuan menjadi hal yang mutlak dalam ideologi ini.
Pandangan bahwa laki-laki lebih maskulin mengantarkan
pada anggapan bahwa laki-laki mempunyai hak dan keistimewaan yang lebih dari
pada perempuan. Sedangkan perempuan selalu mempunyai peran yang subordinat atau feminim.
Pandangan ini telah terjadi turun-menurun
dalam masyarakat. Tanpa kita sadari bahwa dalam adat budaya Indonesia banyak
yang menerapkan Ideologi ini. Wanita di posisikan menjadi garda terakhir
setelah laki-laki. Perbedaan biologis sering memarginalkan perempuan dalam
masyarakat. Wanita dianggap sebagai magluk lemah yang tidak mempunyai kekuatan
sebesar laki-laki.
Dampak pandangan Patriaki akan menyebabkan termarjinal nya kaun hawa. Hak yang dimiliki perempuan lambat laut akan berubah menjadi berbagai tindak kekerasan. Pemahaman ini semakin diperparah dengan pemahaman agama kurang sehingga bias dalam mengartikan kedudukan perempuan. Kekerasan bukan hanya terjadi dalam rumah tangga saja namun bisa terjadi pada lintas sektoral yang merugikan kaum hawa.
Sumber: Webinar Cerdas Berkarakter
Menurut data yang dimiliki komnas
perempuan ada 3 tempat kejadian perkara dalam kekerasan pada perempuan. Pertama
yaitu di rumah, kekerasan yang terjadi bisa disebabkan oleh suami, saudara
laki-laki, paman, kakek, keponakan laki-laki, dan yang berhubungan dengan
keluarga laki-laki. Kerasan ini akan sangat menyiksa perempuan karena posisinya
yang serba salah.
Kedua, Kekerasan yang terjadi di luar rumah. Kekerasan kepada
perempuan sangat banyak terjadi diluar rumah. Kurangnya pengawasan dan
pandangan negatif terhadap perempuan menjadi penyebab utama kekerasan pada
perempuan. Jalan raya yag sepi dan tidak ada penerangan malam hari sangat rawan
untuk perempuan mendapatkan kekerasan sexual. Kendaraan umum,pasar dan tempat
tempat umum yang sangat ramaipun sangat berpeluang terjadinya kekerasan pada
perempuan.
Ketiga, Lingkungan sekolah atau perguruan
tinggi. Lingkungan akademis yang harusnya sebagai sarana edukasi dan perlindungan yang aman masih rawan terjadi kekerasan
pada perempuan. Kekerasan bisa terjadi antar siswa ataupun akademisi. Pondok
pesanteren dan panti asuhan pun tidak luput dari kekerasan berbasis gender dalam masyarakat dewasa ini.
Data tersebut adalah data yang
didapat dari kasus – kasus yang terlaporkan kepada pihak berwajib atau LSM.
Sebagian besar korban malu dan canggung untuk melaporkan ke pihak berwajib
karena paradikma negatif dalam masyarakat. Lembaga Independen dan komunitas
sebagai ujung tombak dan pusat edukasi yang efektif untuk kekerasan dalam
perempuan.
Kekeraan pada perempuan sangat
bayak sekali dan tanpa di sadari kita adalah pelaku atau korban kekerasan
tersebut. Tidak hanya perkosaan atau pelecehan secara fisik yang jelas
bertentangan dengan hukum, namun perilaku- perilaku menyimpang juga termasuk
dalam kekerasan pada perempuan. Sebagai contoh penetrsai pada anal,oral,
memasukan jari atau benda asing ke vagina. Mari tingkatkan keamanan pada
perempuan dengan Pahami, Lawan dan Laporkan kekerasan berbasis Gender.
Sumber : Webinar Kekerasan Pada
Perempuan.