ALASAN MEMILIH SM3T



Di desa tempat lahir ku banyak yang beranggapan bahwa  mahasisawa sebagai sesorang yang biasa dan tidak jauh beda dengan masyarakat lainya. Karena pada masa sekarang  ini kebanyakan orang menekankan kepada hasil dan bukan proses. Orang yang mempunyai harta dan usaha yang banyak akan lebih dihormati dari pada seorang yang memiliki kemampuan akademik. Sebelum kita menunjukan bahwa kita bisa seperti mereka, maka kita akan dipandang sebagai orang biasa.

Lulus mahasiswa adalah sebagai pencapaian tertinggi dalam kurva normal mahasiswa. Perjuangan selama kurang lebih 4 tahun, tercurahkan dalam wisuda tersebut. Setelah lelap dalam kebahagiaan wisuda,maka perjuangan pun dimulai. Kebanyakan orang akan kaget dan merasa berat dalam menghadapi kenyataan nganggur. Dalam kenyataan memegang sarjana Pendidikan adalah hal yang berat karena tuntutan dan kenyataan berbanding terbalik. Ketika mendaftar sebagai guru, kebanyakan dari guru atau kepala sekolah akan berfikit dua kali jika menerima kita sebagai lulusan baru dan belum pernah mengajar. Untuk mengajar saja tidak di beri kesempatan, bagamana kita akan berpengalaman dalam mengajar.

Cerita ini dimulai setelah aku lulus dari Universitas Negeri Yogyakarta, setelah lulus kuliah aku mendaftar sebagai guru di sekolah sekolah sekitarku. Puluhan lamaran telah ku lampirkan ke  sekolah dan perusahaan swasta bahkan pabrik yang ada. Suatu ketika  lamaran dan test pekerjaan yang aku lakukan pada sebuah BANK membuahkan hasil.Pengumuman menyatakan bahwa aku keterima dan diminta untuk melengkapi berkas yang ada. Banyak oaring yang memberi selamat kepadaku, namun disinilah pergolakan hatiku dimulai. Disisi lain aku masih beranggaan ingin membahagiakan orang tua dengan mempunyai pekerjaan yang layak dan di sisilain beranggapan bahwa amanah dan perjuangan mendapatkan gelar sarjana pendidikan adalah anugrah.

Pada hari ketiga setelah pengumuman tersebut akupun belum bisa memastikan apakah aku akan mengambil pekerjaan itu atau menolaknya. Setelah meminta pertimbangan keluarga dan teman, aku memutuskan aku tidak mengambil pekerjaan itu. Pertimbangan yang ku lakukan karena aku kuliah dan lulus di lingkungan pendidikan dan ilmu yang kudapatkan adalah pendidikan. Aku percaya bahwa aku keterima di kampus pendidikan dan masuk dalam program studi pendidikan adalah amanah yang diberikan Allah SWT.

Setelah pergolakan itu terjadi aku tidak lagi memasukan lamaran ke pada perusahaan ataupun semua yang tidak berbau pendidikan. Namun yang terjadi adalah tidak ada satupun surat lamaran yang mendapat panggilan. Salah satu teman ada yang menyarankan mengikuti program SM3T yaitu program yang di laksanakan oeh dikti untuk menjaring lulusan terbaik dan yang masih fresh graduate untuk menjadi guru di daerah pedalaman Indonesia. Tahab demi tahab telah kulalui, sampailah kepada tahap yang terakhir yaitu tahab wawancara.

Dua hari setelah wawancara aku mendapatkan telefon dari salah satu sekolah yang aku lamar. Alhamdulilah aku diterima di salah satu sekolah yang aku idam-idamkan dari dahulu. Salah satu staf menginformasikan bahwa batas pengiriman berkas adalah bulan depan bersamaaan dengan penerimaan siswa baru. hari ke 15 setelah pengumuman tersebut, aku juga dinyatakan lulus SM3T dan diwajibkan mengikuti Pra Kondisi di AAU. Setelah berkonsultasi dengan sekolah yang menerimaku menjadi guru akhirnya aku putuskan untuk menjadi SM3T. Banyak masukan dari guru dan keluarga tentang program ini, ada yang pro dan kontra. Namun karena mungkin aku mengingat petuah yang ku dengar saat wisuda, yaitu menjadi orang hebat itu mudah namun menjadikan orang sukses itu lebih hebat.

Ini adalah pengalamanku terjebak dalam pergolakan hati yang sulit dan lika-liku menjadi SM3T. Sekarang aku sedang menjalani Program Profesi Guru yang merupakan salah satu reward pemerintah terhadap SM3T. Secara umum SM3T itu lebih menyenagkan dari pada mengajar di daerah kita, selain mendapatkan pengaaman baru kita juga mendapatkan keluarga baru disana. Rindu rasanya menjadi SM3T, semoga diberi kesempatan lagi untuk menjelajah Indonesia dengan program yang lain.

 By: Dimas Setyo Kukuh Permono

0 komentar: