Surat kecil untuk Sang Ibu


Surat kecil untuk Ibu
Ibu...
Tak terasa kurang lebih sebulan lagi aku selesai tugas di sini. Di Dusun Pian Pasir, Pulau Mubur, Kabupaten Kepulauan Anambas. Sedikit, Aku ingin bercerita tentang perjalananku selama bertugas Guru disini. Sebelumnya, Namaku Dona Priatna. Panggil saja aku Dona.
Kepulauan Anambas, Provinsi Kepulauan Riau, daerah yang sebagian besar wilayahnya adalah lautan. Memiliki panorama alam yang yang luar biasa indah. Terumbu karang, biota bawah laut yang kaya, kekayaan alam yang sangat melimpah seperti gas dan minyakpun ada disana.
Beranda negara yang berbatasan dengan negara-negara tetangga seperti Malaysia, Vietnam, dan Thailand. Terletak di tengah-tengah laut cina selatan yang angin dan gelombangnya cukup untuk menenggelamkan sebuah kapal.
Disisi lain, kekayaan-kekayaan tersebut tak serta merta menjadikan masyarakatnya secara umum sejahtera. Tak sedikit desa-desa yang masih tanpa listrik dan pasokan minyak untuk memasak dan bahan bakar perahu nelayanpun langka.
Ibu...
Pendidikan disini juga masih memperhatinkan. Disaat gedung-gedung baru siap berdiri dan buku-buku sudah didistribusikan kesini, di sisi lain disini masih sangat kekurangan guru. Tak seperti dikota-kota yang jarak tempuh dan transportasinya mudah, disini para siswa dan guru harus menyebrangi laut untuk sampai ke sekolah. Kala hujan dan badai datang, tak jarang juga sekolah diliburkan untuk meminimalisir resiko perahu tenggelam atau kecelakaan laut lainnya yang sangat membahayakan.
Jauh dari orang-orang yang tersayang dan hiruk pikuk gemerlap kota pada mulanya menjadi momok yang menakutkan untuk anakmu ini. Hidup di pinggiran ibu kota menjadi anugrah tersendiri jika dibandingkan dengan hidup di daerah terluar negara kita ini.
Aku mulai bertugas di akhir september tahun 2013 lalu. Ditempatkan di SMA yang baru dibuka bersama kawan-kawan SM-3T lainnya.
Ibu, disini aku dan kawan-kawan sangat disambut baik oleh masyarakat setempat. Sejak awal kedatangan kami kesini sampai saat inipun, kami masih sangat disambut baik dengan keberadaan kami disini.
Masyarakat di sini sangat hangat. Mereka selalu ramah menyapa anakmu ini kalaupun berpapasan dijalan. Selalu mengajak mampir dirumah mereka dan tak sungkan bercanda.
Disini mereka berbicara dengan bahasa melayu, hampir mirip ketika kita menonton serial anak upin-ipin karya negara tetangga. Pada zaman dulu, orang-orang sini memang sering pergi ke malaysia atau singapure menggunakan perahu.
Masyarakat di sini kebanyakan adalah nelayan, pemecah batu, dan penambang pasir tradisional. Anak-anak disini juga sudah sangat terbiasa dengan laut, karena sebagian besar wilayah geografis Anambas adalah lautan. Laut bukan hanya menjadi teman, tapi sudah seperti saudara yang tiap hari kami peluk disini.
Rumah-rumah yang kebanyakan berada dipesisir dan tepat berada diatas air laut menjadikan keunikan tersendiri di tempat tugas anakmu ini, Bu.
Pada awal kedatangan anakmu disini memang agak kikuk. Kondisi yang sangat jauh berbeda dengan daerah asal memang harus disesuaikan terlebih dahulu. Di tempat tugasku, belum ada PLN atau aliran listrik yang bisa menyala 24 jam nonstop. Disini, listrik masih dihidupkan dengan bantuan mesin genset. Di rumah tempat tinggalku sendiri, listrik hanya menyala dari jam 18.00 WIB sampai jam 22.00 WIB, walaupun kadang-kadang pak marzuki (pemilik mesin listrik rumah kami) memberikan bonus kepada kami sam jam 23.00 WIB. Sinyal yang kadang luplep karena ada gangguan pada towerpun kadang-kadang sering membuat kami kebingungan jika ingin berkomunikasi dengan saudara atau teman di luar sana.
Tapi karena pualu tempat tugasku berhadapan dengan pulau tarempa (kota), disini anakmu juga masih bisa menggunakan interne, walaupun harus rela diam di tempat yang agak menjorok ke laut, seperti “pelabuhan sinyal”. Ya, aku dan teman-teman memang menyebutnya seperti itu.
Berbeda dengan daerah tempat tugas kawan-kawan SM3T yang berada di pulau lain, yang tidak ada sinyal internet, bahkan sinyal biasa untuk telpon dan sms saja tidak ada.
Kondisi tersebut membuat anakmu belajar banyak disini. Belajar tentang makna kesederhanaan, syukur, pantang menyerah, dan tentang pelajaran kehidupan yang lainnya. Menemui orang-orang baru dengan berbagai karakter, menjalin hangatnya persahabatan dan persaudaraan, mengenali kearifan budaya lokal, sampai pada kebiasaan-kebiasaan masyarakat sini yang salah satunya adalah memancing dilaut lepas dan bermain gasing.
Ibu...
Program SM3T memang banyak mengajarkan hal-hal baru kepadaku. Bukan hanya saya sebagai guru yng mengajarkan kepada anak-anak, disini banyak juga pelajaran yang aku dapat dari lingkungan sekolah, lingkungan tempat tinggal, serta pengalaman-pengalaman yang tidak akan terlupakan seumur hidup seperti mengajari anak-anak didikku melaksanakan upacara bendera, belajar bahasa inggris, memancing di laut lepas bersama muridku, menjaring ikan di karang sampai ikut kerja dengan nelayan setempat seperti cari ikan di bagan, cari ikan pakai bubu (perangkap ikan), Ngerawai (cari ikan menggunakan mata pancing dengan jumlah 10 atau bahkan ada yang 20 atau lebih, serta untuk pergi mencari ikan kita menggunakan kendaraan pompong (perahu) atau jongkong (sampan).
Dari segi kuliner juga tidak kalah menarik. Pengalaman memakan Seafood hampir setiap hari sangat berkesan untukku. Di Anambas yang daerahnya kebanyak laut ini menjadikan konsumsi sehari-hari seperti ikan kerapu, simbok (Tongkol), kerang dan kepiting serta makanan-makanan lain sudah terbiasa. Makanan-makanan itu pun bisa kita dapatkan dengan harga murah bahkan aku tidak perlu untuk membeli, karena hanya tinggal mencari dilaut atau kadang-kadang diberi oleh tetangga. Alhamdulilah.
Ibu...
Disini juga semangat kekeluargaan dan gotong royong di masyarakat masih sangat kuat. Seperti jika ada acara pernikahan, semua anggota masyarakat ikut membantu yang punya hajat, tanpa terkecuali. Seperti pemasanagn tenda, memasak, sampai pembuatan panggung hiburannya. Selain itu saya pribadi juga terlibat dalam proses gotong royong perataan lahan untuk pembangunan SMA Mubur ini. Semua angguta masyarakat desa mubur senantiasa gotong royong bersama mengerjakan pertaaan tanah tersebut. Lahan yang sangat miring itu pun dapat berangsur-angsur layak pakai dengan kekuatan gotong royong tersebut.
Ibu pertiwi...
Terimakasih telah mengenalkan aku dengan salah satu daerah yang kau punya. Seperti yang sering kau ajarkan, pendidikan adalah hak semua warga negara. Tak hanya masyarakat kota, masyarakat di daerah terdepanpun memiliki hak sama untuk mendapatkannya.
Terimakasih juga telah mengenalkanku pada orang-orang di kepulauan anambas ini, karena disini akutidak hanya mengajar. Tapi sebenarnya, akulah yanfg belajar banyak dari mereka, terutama tentang kekeluargaan, kebersaan, kesederhanaan, dan rasa syukur yang harus kita lantunkan pada Pemilik alam ini. 

by: Dona Priatna Suryadi


0 komentar: